Reporter: Yakup
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Setiap sore hari, saat matahari perlahan tenggelam di ufuk barat dan ribuan warga bersiap pulang ke rumah selepas bekerja, Jalan Raya Tubagus Angke di Kelurahan Angke, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, berubah menjadi medan ujian kesabaran. Bukan hanya karena volume kendaraan yang meningkat, tetapi juga karena satu pemandangan yang seolah menjadi rutinitas harian: truk-truk pengangkut sampah yang berjajar parkir di bahu jalan.
HITVBERITA.COM | Jakarta — Kehadiran armada pengangkut limbah ini bukan hanya telah mengganggu kelancaran arus lalu lintas, tetapi juga menyebarkan bau menyengat yang menyusup hingga ke dalam kendaraan.
Warga pun mengeluhkan bahwa sejak pukul 15.00 hingga sekitar 19.00 WIB — jam sibuk pulang kerja — truk-truk tersebut memadati sisi jalan, tepat di bawah trotoar, menciptakan penyempitan ruang gerak bagi pengguna jalan lainnya.
Tak jarang, pengendara sepeda motor yang enggan terjebak dalam kemacetan memilih jalur alternatif yang tidak seharusnya: menaiki trotoar, berdesakan dengan pejalan kaki yang terpaksa menghindar demi keselamatan.
Dan, trotoar, yang semestinya menjadi ruang aman bagi masyarakat berjalan kaki, justru kini berubah fungsi menjadi jalur darurat kendaraan bermotor akibat parkir liar truk-truk tersebut.
“Baunya itu menusuk banget, Mas. Kadang sampai bikin mual. Ditambah macet karena jalan jadi sempit. Trotoar pun diserobot motor, padahal itu buat kami jalan,” keluh Sri, warga sekitar, saat ditemui Hitvberita.com pada Rabu (5/6/2025).
Situasi ini telah berlangsung cukup lama dan kian memburuk. Tak hanya mengganggu estetika kota dan kenyamanan warga, kondisi ini juga menyimpan potensi bahaya lalu lintas yang tak bisa diabaikan. Anak-anak, orang tua, dan para pengguna jalan lainnya berada dalam posisi rawan akibat pergeseran fungsi ruang publik yang seharusnya aman dan tertib.
Permasalahan ini memunculkan pertanyaan tentang efektivitas pengelolaan sampah dan tata kelola lalu lintas di wilayah padat seperti Tambora.
Terkait itu masyarakat pengguna jalan pun berharap ada langkah tegas dari otoritas terkait untuk menertibkan parkir truk sampah serta menyediakan lokasi penampungan sementara yang tidak mengorbankan ketertiban umum.
“Ini bukan hanya soal bau atau macet, tapi soal hak warga atas ruang kota yang layak,” kata Andi, seorang pengemudi ojek daring yang kerap melintasi jalur tersebut. “Kalau terus dibiarkan, yang rugi kita semua.”
Wajah Jakarta sebagai kota metropolitan, yang sedang membenahi citra dan infrastruktur, terasa kontras dengan pemandangan di Tubagus Angke. Ketika senja menyapa dan lampu-lampu jalan mulai menyala, alih-alih menikmati perjalanan pulang yang tenang, warga harus menutup hidung dan menggenggam kemudi lebih erat — melaju perlahan di antara deru mesin dan bau limbah menyengat yang belum juga diatasi. (**)
Penulis : Yakup
Editor : AYS Prayogie