Bencana Pergerakan Tanah di Desa Pasirmunjul Purwakarta merusak 48 rumah dan 55 keluarga mengungsi. (Dok/Foto/Raffa)
Reporter: Raffa Christ Manalu
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Bencana pergerakan tanah yang melanda wilayah Kampung Cigintung dan Sukamulya, Desa Pasirmunjul, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, pada Rabu (11/6/2025), menyebabkan kerusakan serius pada permukiman warga. Sedikitnya 48 rumah dilaporkan rusak, dengan 25 di antaranya dalam kondisi rusak berat. Sebanyak 55 kepala keluarga terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman.
HITVBERITA.COM | Purwakarta— Pantauan di lokasi menunjukkan kerusakan yang cukup parah. Sejumlah bangunan roboh hingga rata dengan tanah, sementara akses jalan di kampung tersebut mengalami keretakan dan ambles hingga kedalaman dua meter. Warga tampak sibuk mengevakuasi barang-barang berharga mereka dengan menggunakan mobil bak terbuka maupun secara manual.
Bupati Purwakarta, Saepul Bahri Binzein, yang akrab disapa Om Zein, meninjau langsung lokasi terdampak bencana bersama Sekretaris Daerah Norman Nugraha dan jajaran dinas terkait.
Ia menyampaikan keprihatinannya atas musibah tersebut dan menegaskan bahwa pemerintah daerah akan segera mengambil langkah relokasi bagi warga yang terdampak.
“Wilayah ini berada di zona rawan bencana, sehingga sudah tidak layak lagi untuk dijadikan tempat tinggal. Kami akan menyiapkan relokasi bagi warga,” ujar Saepul.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Purwakarta, Heryadi Erlan, menyatakan bahwa proses pendataan masih berlangsung.
“Hingga saat ini, kami mencatat 48 rumah rusak. Sebanyak 25 di antaranya dalam kondisi rusak berat. Total ada 55 kepala keluarga terdampak,” ucap Heryadi, yang akrab disapa Abah Erlan.
Ia menambahkan bahwa pemerintah tengah menyiapkan skema penanganan jangka pendek dan panjang, termasuk relokasi warga dan mitigasi bencana lanjutan di kawasan rawan pergerakan tanah tersebut.
Salah satu warga terdampak, Susilawati, menuturkan bahwa gejala pergerakan tanah telah dirasakan sejak April 2025.
“Waktu bulan puasa kemarin, tanah sudah mulai retak-retak. Tapi semalam retakannya semakin parah. Kami tidak bisa lagi tinggal di rumah. Sekarang kami mengungsi ke GOR desa, sebagian ke rumah saudara,” katanya.
Menurutnya, saat bencana terjadi, suara reruntuhan terdengar sangat jelas. “Kami panik dan segera keluar rumah. Alhamdulillah semua selamat,” ujarnya.
Hingga Kamis (12/6/2025), sejumlah warga masih terlihat memindahkan barang-barang yang bisa diselamatkan. Proses penanganan darurat masih terus dilakukan pemerintah daerah, dibantu unsur TNI/Polri dan relawan setempat. Pemerintah mengimbau warga tetap waspada dan mengikuti arahan petugas di lapangan. (/*/)
Penulis : Raffa Christ Manalu
Editor : AYS Prayogie