Ribuan warga memadati Rumah Adat Selat Nasik di kawasan Tanah Timbun, Desa Selat Nasik, Kabupaten Belitung, Minggu (11/5/2025), dalam perhelatan tahunan “Festival Seni dan Kebudayaan Maras Taun”.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
HITVBERITA.COM|Belitung— Tradisi yang mengakar kuat dalam kearifan lokal ini kembali digelar sebagai ungkapan syukur masyarakat atas hasil panen dan laut, sekaligus bentuk penghormatan kepada alam dan Sang Pencipta.
Acara dimulai pukul 10.00 WIB dengan doa bersama dan sambutan dari Kepala Desa Selat Nasik, Anuar. (Dok/Foto/Is)
Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya Maras Taun sebagai perekat sosial dan jembatan antar generasi.
“Ini bukan hanya tradisi, melainkan warisan nilai-nilai kebersamaan dan perlindungan terhadap lingkungan,” ujarnya.
Tampak para tetamu penting yang hadir di perhelatan acara tahunan Festival Seni dan Kebudayaan Maras Taun yang digelar di Rumah Adat Selat Nasik di kawasan Tanah Timbun, Desa Selat Nasik, Kabupaten Belitung. (Dok/Foto/Is)
Kegiatan ini turut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Wakil Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Hellyana, SH; Bupati Belitung, H. Djoni Alamsyah Hidayat, S.Sos; serta jajaran pimpinan daerah, tokoh adat, dan masyarakat, dengan total peserta mencapai sekitar 1.000 orang.
Bupati Belitung, H. Djoni Alamsyah Hidayat, S.Sos saat berikan sambutan. (Dok/Foto/Is)
Dalam sambutannya, Bupati Belitung menggarisbawahi pentingnya menjaga harmoni antara manusia dan alam. “Maras Taun adalah perwujudan nilai gotong royong dan rasa syukur. Ini adalah dasar kuat bagi pembangunan daerah yang berkelanjutan,” kata Djoni.
Wakil Gubernur Hellyana menambahkan, kekuatan budaya seperti Maras Taun dapat menjadi daya tarik wisata yang otentik dan berkelanjutan.
“Kita tidak hanya ingin wisatawan datang, tapi juga tinggal lebih lama, berinteraksi lebih dalam, dan membawa pulang pengalaman yang bermakna,” ujarnya.
Wakil Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Hellyana, SH saat melakukan pemotongan “lepat gede” yang merupakan sebagai simbol syukur dan kebersamaan. (Dok/Foto/Is)
Puncak acara ditandai dengan prosesi Maras Taun yang dipimpin oleh Kik Jemasah, dukun kampung Selat Nasik, dilanjutkan dengan pemotongan “lepat gede” simbol syukur dan kebersamaan. Prosesi ini berlangsung khidmat, mengalir dalam harmoni doa dan adat.
“Ini bukan hanya menjaga tradisi, tapi juga membuka jalan bagi kemajuan desa yang berbasis pada akar budayanya,” ujar Hellyana.
Festival yang digelar setahun sekali ini tidak hanya menjadi momen spiritual dan kultural, tetapi juga diharapkan menjadi penggerak ekonomi desa melalui pengembangan potensi wisata budaya. (Dok/Foto/Is)
Acara selesai pukul 12.30 WIB dengan lancar dan tertib. Masyarakat berharap, Maras Taun terus mendapat dukungan agar mampu menjadi ikon budaya dan wisata unggulan Kabupaten Belitung di masa depan. (**)
Penulis : ISWANDI
Editor : AYS Prayogie
Sumber Berita : MIO INDONESIA Kab Belitung