Dalam persfektif Teknologi Pikiran 88% tindakan manusia bersifat spontan, kesepontannan ini bersumber dari Pikiran Bawah Sadar dalam bentuk Pola Pikir (Mindset).
Rasionalitas atau Pikiran Sadar hanya berperan 12% dari setiap tindakan manusia, Pikiran Sadar identik dengan kemampuan seseorang membangun ide dan teori.
Pikiran Bawah Sadar identik dengan kemampuan seseorang bekerja dan merealisasikan ide serta kemampuan yang bersangkutan berimprovisasi mengelola sumber daya yang dimiliki.
Pikiran Bawah Sadar dalam Psikologi disebut Jiwa, dalam Teologi disebut Kalbu, dalam Neuroscience disebut Otak Emosi dan dalam istilah kebanyakan orang disebut Hati.
Pikiran Bawah Sadar dan Pikiran Sadar masing-masing memiliki karakteristik kecerdasan yang berbeda.
Kecerdasan Pikiran Bawah Sadar secara umum sering disebut dengan Kecerdasan Emosi dan kecerdasan Pikiran Sadar umumnya disebut Kecerdasan Rasional.
Kecerdasan Rasional yang ada di Pikiran Sadar dibentuk melalui proses pendidikan formil. Kemampuan membangun argumentasi, kemampuan mengelolah pengetahuan menjadi teori, kemampuan membuat konsep merupakan bentuk-bentuk Kecerdasan Rasional.
Santun, tulus, pekerja keras, bertanggung jawab, sederhana, dermawan, jujur, rendah hati, loyalitas, tidak membeda-bedakan orang, mampu menghargai perbedaan merupakan bentuk-bentuk dari kecerdasan emosi.
Kecerdasan Rasional hanya berperan 12% dalam menentukan keberhasilan kepemimpinan seorang Kepala Daerah dan sisanya 88% keberhasilan kepemimpinan seorang Kepala Daerah ditentukan oleh Kecerdasan Emosi.
Kualitas PASLON Kepala Daerah ditentukan oleh kecerdasan emosi dan kecerdasan emosi merupakan jaminan PASLON Kepala Daerah yang berkualitas.
Debat publik PASLON Kepala Daerah yang diselenggarakan dan dipertontonkan oleh KPUD membuat salah satu PASLON “seakan-akan” secara kualitas terlihat unggul dari PASLON yang lain hanya karena yang bersangkutan mampu membangun argumentasi dan mampu memaparkan ide-idenya dengan kalimat dan aura yang menyakinkan.
Tentu saja kualitas PASLON Kepala Daerah tidak dapat dilihat dari kemampuan yang bersangkutan menjawab pertanyaan Panelis, kemampuan yang bersangkutan membangun argumentasi dan kemampuan yang bersangkutan merangkai kata sehingga, “seakan-seakan” ide dan argumentasinya terlihat logis dan benar.
Debat Publik PASLON Kepala Daerah hanya mampu memotret sebagian kecil dari Kecerdasan Rasional PASLON Kepala Daerah dengan kata lain, Debat Publik PASLON Kepala Daerah yang diselenggarakan KPUD belum mampu memotret kecerdasan rasional dari PASLON Kepala Daerah secara penuh dan utuh.
Bahkan Debat Publik PASLON Kepala Daerah sama sekali tidak mampu “memotret” dan memperlihatkan Kecerdasan Emosi dari PASLON Kepala Daerah sehingga, untuk menemukan kualitas terbaik PASLON Kepala Daerah melalui Debat Publik merupakan sesuatu yang tidak mungkin.
Kecerdasan emosi dari PASLON Kepala Daerah hanya mampu “dipotret” secara utuh melalui penelusuran rekam jejak yang bersangkutan dimasa lalu, bahkan melalui penelusuran setiap jejak kehidupan yang bersangkutan termasuk menelusuri kehidupan pribadinya.
Jika dalam penelusuran rekam jejak PASLON Kepala Daerah ternyata..! terbukti, PASLON tersebut sering menguber janji, pembohong dan menggunakan kepiawaiannya beretorika untuk membohongi masyarakat MAKA, dipastikan PASLON Kepala Daerah yang demikian tidak cerdas secara emosi dan dapat di kualifikasi sebagai PASLON Kepala Daerah yang tidak berkualitas.
Oleh: Bambang Yuganto, Praktisi Hukum dan Praktisi Pengembangan SDM Berbasis Teknologi Pikiran.